Ujian amaliyah merupakan salah satu ciri khas pembelajaran di Pesantren Salafiyah. Tidak hanya menekankan pemahaman teoritis dalam bidang agama, Pondok Pesantren Salafiyah Karangmalang juga menekankan pentingnya penguasaan praktik keagamaan sebagai bekal nyata santri ketika kembali ke lingkungan masyarakat, khususnya di perkampungan atau desa yang masih kental dengan tradisi Islam.
Materi yang diujikan mencakup aspek-aspek keagamaan yang lazim dijumpai dalam kehidupan masyarakat, seperti pembacaan Maulid Barzanji, pembacaan Manaqib, hafalan doa-doa harian, menjadi pembawa acara keagamaan (MC), Praktik Sholat Jama‘ Qoshor, Do’a Qunut serta kemampuan berbicara dan memimpin acara dalam konteks religius. Seluruh santri diuji oleh tim penguji dari dewan asatidz yang telah ditunjuk oleh pihak pondok dan sekolah.
“Ujian ini bukan sekadar formalitas, tapi merupakan upaya untuk menyiapkan santri agar mampu mengamalkan ilmu yang mereka pelajari selama ini. Apa yang mereka praktikkan dalam ujian ini adalah bagian dari kegiatan sosial keagamaan yang banyak dijumpai di masyarakat, seperti haul, tahlilan, maulidan, dan kegiatan keagamaan lainnya,” ujar Ustadz Ridho Maulana, S.Pd selaku Direktur Pendidikan Pondok Pesantren Salafiyah Karangmalang.
Kegiatan ini menjadi momen penting bagi santri untuk mengasah keterampilan berbicara di depan umum, melatih keberanian, serta memperkuat rasa percaya diri. Selain itu, ujian ini juga memperkuat karakter kepemimpinan religius yang telah dibina selama mereka menuntut ilmu di pesantren.
Menurut Pimpinan pondok, Ning Lu’luah Fikriyah, M. Pd, ujian amaliyah bukan hanya menilai seberapa banyak ilmu yang dikuasai oleh santri, tetapi juga mengukur sejauh mana mereka mampu menerapkan ilmu tersebut dalam konteks nyata kehidupan masyarakat. “Santri adalah generasi penerus. Di masyarakat nanti, mereka akan dimintai tolong untuk menjadi imam, memimpin doa, menjadi pembaca maulid, bahkan kadang diminta menjadi MC dalam acara pernikahan atau pengajian. Maka mereka harus siap,” tegas beliau.
Kegiatan ujian amaliyah ini juga turut melibatkan suasana yang menyerupai kondisi nyata, seperti simulasi acara pengajian, tahlilan, atau peringatan hari besar Islam. Hal ini dilakukan agar para santri tidak hanya mampu membaca teks keagamaan, tetapi juga bisa menyesuaikan dengan suasana dan kebutuhan di lapangan.
Salah satu peserta ujian, Kang Satria Syah Aditya dari kelas IX B menyampaikan bahwa awalnya ia merasa gugup harus tampil di depan teman-temannya dan para guru, tetapi setelah melalui pembinaan dan latihan rutin, ia mulai percaya diri. “Kami dilatih sejak awal tahun ajaran untuk tampil dan belajar menjadi pembawa acara atau membaca maulid. Sekarang Alhamdulillah bisa lebih lancar dan tidak gugup lagi,” ucapnya.
Dengan terlaksananya kegiatan ini, pihak pondok berharap para santri lulusan Salafiyah Karangmalang tidak hanya memperoleh ijazah formal, tetapi juga memiliki bekal ilmu dan keterampilan praktis yang siap mereka terapkan ketika kembali ke tengah masyarakat.
Ujian amaliyah menjadi bagian tak terpisahkan dari misi pendidikan Pondok Pesantren Salafiyah Karangmalang yang mengedepankan pembentukan pribadi santri yang beriman, berilmu, dan berakhlaqul karimah. Di tengah arus modernisasi dan tantangan zaman, para santri diharapkan tetap mampu membawa nilai-nilai Islam yang damai, membumi, dan bisa dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat sekitar.
- Tim Jurnalistik Salafiyah - Muammar Ubaidillah asal Kendal
0 Komentar