Menu

    Banner by Chann Digital Indonesia Banner by Chann Digital Indonesia Banner by Chann Digital Indonesia

PENDIDIKAN ALA PESANTREN

             


PENDIDIKAN ALA PESANTREN
-Ust. M. Idris Muhtarom, S.Pd.I-
(Khodim PP. Salafiyah)


Secara umum, kualitas dalam hal agama dari zaman Nabi sampai sekarang ini terus menurun, akan tetapi kualitas dalam hal duniawi justru meningkat dan mengalami perkembangan. Dengan demikian sudah barang tentu kemaksiatan demi kemaksiatan semakin lama akan semakin merajalela.


Inilah realita kehidupan, kita tidak akan mampu menghindarinya secara total, akan tetapi paling tidak kita bisa mengantisipasinya.Salah satunya adalah dengan pendidikan. Pendidikan mempunyai peran penting dalam perbaikan moral bangsa, karena para pemudalah calon pemimpin masa depan. Jika kita mendidiknya dengan baik maka kemungkinan besar pada saat yang akan datang bangsa kita akan baik. Namun ukuran "pendidikan yang baik" disini tidak hanya pendidikan yang mendidik urusan duniawi saja akan tetapi pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mendidik dalam hal duniawi dan ukhrowi.   

                 Di Indonesia, pesantren adalah salah satu pendidikan yang baik itu. Persepsi masyarakat terhadap pesantren bermacam-macam. Namun kebanyakan golongan yang beranggapan miring terhadap pesantren adalah mereka-mereka yang belum memahami betul, apa itu pesantren ??. 

               Pesantren dikelola tanpa standar teknis dan manajemen yang baku. Jika ada seratus pesantren berarti juga ada seratus bentuk, seratus kurikulum dan seratus - seratus lainnya. Namun keberagaman yang sangat kaya ini, pesantren memegang prinsip yang sama, yaitu, aqidah, syari'ah dan akhlaq. pendidikan akhlaq menempati posisi yang sangat penting karena jika materi-materi pelajaran terlepas dari nilai-nilai tata karma atau akhlaq, maka ia hanya akan menjadi bahan-bahan bacaan yang kering akan makna, bisa dimengerti tapi sulit dihayati, bisa dihafal namun sulit diamalkan.

                   Jika kita menilik sejarah, pesantren bukanlah hal yang baru, bahkan pesantren merupakan pendidikan warisan Rasulullah. Santri-santri Rasulullah ini bermukim di emperan masjid Nabawi Madinah. Kehidupan sehari-hari yang dijalani sangat mirip dengan pesantren salaf yang kita kenal sekarang ini. Mereka hidup dengan berzuhud, terkadang mereka berhari-hari menahan rasa lapar karena tidak menemukan secuil pun makanan. Dengan keadaaan yang demikian, mereka tidak kemudian meminta-minta dsb. Mereka justru menghindari hidup secara normal apalagi bermewah-mewahan.

               Namun seiring berkembangnya zaman, pesantren dewasa ini menjadi berbagai macam model, ada model salaf, modern dan semi salaf. Semua itu bertujuan untuk menjawab kebutuhan masyarakat yang terdiri dari berbagai elemen. Sehingga paling tidak pesantren dapat mengakomodir kebutuhan seluruh masyarakat tersebut, sehingga mereka yang terdiri dari berbagai lapisan, kebudayaan dan pandangan hidup tidak memasukkan putra-putrinya ke lembaga-lembaga yang jauh dari nilai-nilai Islam, karena di lembaga Islam sendiri kebutuhan mereka sudah terjawab.

            Selain itu agama ini harus disokong dari berbagai sisi, dari keamanan, kesenian, pemerintahan, kesehatan, ekonomi, keagamaan dll. Jadi sudah seharusnya semua lini-lini tersebut diisi oleh orang-orang Islam, agar pos-pos penting tersebut tidak dikuasai oleh non-Islam, terlebih di pos-pos strategis dalam bidang keagamaan, seperti MUI, Departemen Agama, dll. Dengan demikian tidak cukup jika model pesantren itu hanya bersifat klasikal saja. Jadi apapun modelnya yang terpenting adalah masih dalam bingkai ajaran para ulama' salafuna shalihin. Karena sebagaimana yang dikatakan oleh para ulama' yang dimaksud mengikuti ajaran ulama' salaf adalah mengikuti ajarannya, adapun model, metode, fasilitas, media dsb. bisa disesuaikan dengan kebutuhan zaman.

               Saat ini pergaulan diluar sangatlah tidak kondusif, untuk itu pendidikan tidak lah  cukup setengah hari atau sekitar 12 jam saja, akan tetapi harus dilakukan 24 jam penuh. Agar para pelajar bisa dikontrol dari ia bangun tidur hingga ia tidur kembali. Baru setelah cukup matang bisa di lepas dimasyarakat yang sangat beragam. Pendidikan seperti itulah yang baru-baru ini digalakkan oleh pendidikan-pendidikan umum, mereka memulai mewajibkan anak didiknya untuk tinggal di asrama dsb. dengan demikian, kita sebagai masyarakat pesantren patut bangga, karena sudah sejak dahulu pesantren mengajarkan pendidikan yang diasramakan.    

                  Saat ini yang menjadi keprihatinan adalah banyak yang tidak menyadari atau menyengaja tidak sadar tentang “mana dulu yang seharusnya dipelajari oleh seorang muslim ??”. Ilmu yang wajib dipelajari setiap orang muslim adalah ilmu tauhid, fiqh dan tasawuf. Setelah mempelajari dan mengamalkan ilmu yang fardlu 'ain tersebut, meskipun tidak secara mendalam barulah seseorang dapat melanjutkan mempelajari ilmu-ilmu yang fardlu kifayah. Jadi salah, jika seseorang mendalami ilmu fardlu kifayah seperti kedokteran dsb. sebelum ia menguasai ilmu fardlu ain. Orang seperti ini ibaratnya mau menyelamatkan orang lain dengan merawat orang-orang yang sakit namun ia menjerumuskan diri ke jurang kesengsaraan dengan meninggalkan ilmu-ilmu agama yang sangat fundamental untuk kehidupannya di dunia maupun di akhirat kelak.

             Untuk itu pesantren dengan gaya pendidikan yang komperehensif (lengkap) baik untuk urusan duniawi maupun ukhrowi merupakan pilihan tepat untuk mendidik putra-putri penerus agama dan bangsa untuk menuju bangsa yang makmur, bangsa yang diridhoi Allah subhanahu wata’ala. Amien.

Posting Komentar

0 Komentar